bitcoin

bitcoinker

Thursday, January 13, 2011

Tes Buat Si Pelupa

Apakah belakangan ini Anda merasa mulai sering lupa? Misalnya, lupa memiliki janji, menaruh laptop, jadwal meeting, atau mungkin lupa menaruh kacamata. Hati-hati, bisa jadi kebiasaan itu adalah gejala Alzheimer atau pikun, yang merupakan bagian dari penyakit demensia.

Kabar baiknya, sebuah tes mendeteksi kebiasaan lupa sedang dalam tahap penelitian. Lewat tes darah bisa diketahui tingkat keparahan seseorang yang tergolong pelupa, seperti dikutip dari laman Aol.

Saat ini, alat tes darah sederhana yang dibuat oleh perusahaan di Miami, AS, ini sedang diuji sebagai terobosan baru untuk mendeteksi penyakit menakutkan terkait dengan gangguan memori. Para peneliti di seluruh dunia menyebutnya temuan menarik dan menjanjikan.

Berdasarkan temuan yang telah dipublikasikan dalam jurnal Cell, alat ini berguna sebagai deteksi awal penyakit gangguan memori dengan harapan bisa membantu sebelum pasien mencapai stadium lanjut demensia.

Dalam proses penelitian, ilmuwan memusatkan perhatian pada antibodi, enzim, dan bahan kimia lainnya dalam darah penderita Alzheimer. Tim peneliti dari Scripps Research Institute di Florida, menciptakan ribuan molekul dan bereksperimen untuk melihat mana yang menanggapi antibodi yang ditemukan dalam sistem kekebalan tubuh pasien Alzheimer.







Tiga dari molekul buatan menunjukkan reaksi yang kuat untuk antibodi mereka dan selanjutnya direplikasi pengujian hasil. Menurut laporan, metode deteksi terbukti 93 persen akurat.

"Saya pikir itu menjanjikan untuk menjadi semacam indikator. Dan itu pendekatan yang baik," kata ahli bedah saraf Dr Ravish Patwardhan.

Namun, Direktur Komprehensif Jaringan Bedah Saraf di Louisiana ini juga mempertanyakan mengapa pengujian tidak dapat dilakukan saat lahir. Jika bisa, dia berspekulasi bahwa orang berisiko terkena Alzheimer bisa diketahui gejalanya sejak lahir, sehingga bisa mendapatkan perawatan lebih dini.

Sementara itu, John Trojanowski, Direktur Alzheimer's Center di University of Pennsylvania, kepada Miami Herald, mengungkapkan, "Ini teknologi yang sangat menjanjikan. Ini sebuah studi provokatif, pendekatan yang benar-benar segar dan baru.''

Meski demikian, temuan ini masih harus menjalani tes uji lebih lanjut dan perlu persetujuan dari Departemen Kesehatan setempat.

Alzheimer adalah penyakit degeneratif yang merusak memori otak dan menyebabkan kehilangan memori, dan disorientasi. Umumnya, penyakit ini muncul seiring pertambahan usia. Tapi, ahli mengatakan serangan mungkin terjadi lebih cepat daripada munculnya gejala.  • VIVAnews

0 comments:

Post a Comment

back to top